Agroekosistem adalah pertanian yg bersifat hubungan timbal balik antara sekelompok manusia
(masyarakat) dan lingkungan fisik dr lingkungan hidupnya guna
memungkinkan kelangsungan hidup kelompok manusia (masyarakat) itu.
Sumber: http://fp.uns.ac.id/~hamasains/ekotan%208.htm
Struktur Agroekosistem
Struktur
biotik
Kebanyakan tanaman merupakan tanaman
semusim, baik anual maupun bianual. Tanaman dipelihara dengan
populasi murni, biarpun beberapa gulma tumbuh bersama-sama tanaman.
Benih gulma, selalu ada di lapangan, tumbuh pada kondisi yang biarpun
kadang-kadang kurang menguntungkan. Kebanyakan gulma, disebarkan dalam bentuk
biji pada waktu penebaran dan juga melalui air irigasi dan binatang perantara.
Tanaman dan gulma merupakan produsen dan konsumennya terutama herbivora,
terdiri atas beberapa spesies serangga, burung dan ammalia kecil. Populasi
dekomposer (pembusuk) kebanyakan bangsa fungi, bakteri dan nematoda dan
sebagainya. Pengetahuan mengenai karakteristik fenologi dan fitososiologi
(kepadatan, frekuensi dan pertumbuhan) ekosistem tanaman pada interval 15 hari
akan menggambarkan dinamika hubungan tanaman dengan gulma - serangga - burung.
Studi mengenai LAI, struktur khlorofil (jumlah khlorofil terdistribusi pada
daun, cabang dan batang) yang menyertai profil biomas dan pola penyimpanan
enersi pada produsen primer memberikan informasi mengenai aktivitasnya.
Produsen
primer
Untuk mengendalikan gulma terbaik
antara lain adalah dengan mengatur daur hidup bersama dengan tanaman.
Penelitian di lapangan menunjukkan bahwa ada indikasi bahwa gulma sangat
bervariasi dari lapangan ke lapangan tergantung tipe tanaman dan musim
pertumbuhan. Sifat fisik dan kimia tanah, faktor iklim mikro di dekat permukaan
tanah, dominasi benih gulma memungkinkan adanya variasi kualitatif dan
kuantitatif dalam flora gulma di
lapangan pertanian.
Gulma berkompetisi dengan tanaman pokok untuk faktor pertumbuhannya dan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hasil. Biomas merupakan yang baik untuk
struktur komunitas. Tidak seperti komunitas alam, biomas tanaman tetap
bertambah dari permulaan, stadium pertumbuhan vegetatif sampai panen.
Nilai biomas tanaman yang diperoleh waktu panen memperlihatkan variasi
yang lebar di antara tanaman yang berbeda di pertanaman monokultur. Kecuali
ubi-ubian, perbandingan yang lebih besar penimbunan bahan kering terjadi di
batang. Akar menempati proporsi yang kecil dari keseluruhan biomas (15-20%).
Dengan demikian perbandingan akar dan batang kecil (0,1-0,3) di tanaman
pertanian.
Perbandingan itu bervariasi antara 0,8 - 3,1 di padang rumput yang
didominasi oleh rumput tahunan dan legum memperlihatkan akumulasi biomas bagian
dalam tanah lebih besar.
Luas daun tanaman merupakan
pengukuran terbaik untuk besarnya
fotosyntesis dan pengukuran luas daun yang lebih praktis untuk lapangan
pertanian dengan hasil ditunjukkan per unit luas lahan, ialah luas daun per
unit luas lahan (LAI). Kominitas tanaman pertanian mempunyai nilai rata-rata
antara 6 - 13 (hutan) dan 3 - 15 (rumput-rumputan). Dalam tanaman semusim LAI
terus naik dengan bertambahnya umur dan menuju puncak pada pembungaan yang
kemudian turun. Komunitas alam tidak seperti itu.
Pada serealia
LAI tidak menghitung asimilasi total yang terdapat di batang dan bulir yang
memiliki khlorofil memperlihatkan secara nyata efisiensi fotosintetik tanaman.
LAI ada korelasi positif dengan produktivitas dalam beberapa contoh produksi
maksimum diperoleh bila LAI di sekitar 4.
Perhitungan lebih jauh dalam LAI tidak membawa efek positif pada produksi
bersih karena harus mengimbangi kehilangan respirasi. Sudut daun dan posisinya
berinteraksi dengan LAI dalam peranan penetrasi cahaya ke dalam kanopi. Daun
yang tegak dengan sudut yang kecil/tajam semacam rumput-rumputan menyebabkan
distribusi cahaya yang lebih efisien dalam kanopi daripada yang horizontal.
Pola daun yang spesifik menentukan produksi komunitas tanaman pertanian.
Dari beberapa penelitian memperlihatkan bahwa arah barisan (Utara, Selatan,
Barat, Timur) dapat memberikan pengaruh pada hasil hubungannya dengan penetrasi
cahaya.
Khlorofil di tanaman hijau menangkap
energi cahaya untuk proses fotosintesis. Kandungan khlorofil ada hubungannya
dengan produksi bahan kering, dan digunakan sebagai suatu indeks produksi potensial
produksi populasi tanaman/komunitas.
Daftar 4.
Kandungan khlorofil pada ekosistem tanaman yang berbeda (gr/m2)
Tanaman
|
Khlorofil
|
Tanaman pertanian yang rapat
Jagung
Gandum
Padi
|
0,30 - 0,50
2,66
7,11 - 10,75
2,05 - 4,25
|
Sumber : K.C.
Misra (1980)
Dalam hubungannya dengan umur
memperlihatkan peningkatan sampai dengan pembungaan kemudian turun karena ada senescene dan sheding daun bawah.
Stratifikasi distribusi khlorofil
pada padi dan gandum menunjukkan bahwa kandung-an khlorofil terkecil di dekat
permukaan tanah dan secara berangsur-angsur naik dengan semakin jauh dari
permukaan tanah sampai calon bulir, tetapi setelah pembungaan jumlah khlorofil
di semua strata cenderung menurun. Akumulasi khlorofil lebih besar dalam strata
yang lebih atas kemungkinan hubungannya dengan penggunaan yang lebih efisien
dalam enersi cahaya.
Kandungan enersi per unit berat
jaringan dan jumlahnya dalam phytomass
menunjukkan struktur subsistem produsen dalam ekosistem.
Konsentrasi kalori di beberapa tanaman sebagai berikut :
Daftar 5.
Kandungan enersi pada beberapa tanaman (K cal/gr berat kering)
Tanaman
|
Daun
|
Cabang
|
Buah
|
Akar
|
Jagung (India)
Jagung (Jerman)
Heliantus annus
Triticum aestivum
Phaseolus aureus
Oryza sativa
|
3,445
4,045
3,404
3,672
3,870
4,126
|
3,145
4,155
4,014
4,074
0,073
3,684
|
4,025
4,291
5,014
4,109
4,498
4,005
|
2,805
3,192
4,611
4,024
4,267
3,578
|
Sumber : K.C.
Misra (1980)
Umur tanaman dan komposisi kimia
membawa pengaruh terhadap variasi kandungan enersi. Di beberapa varietas pada
kandungan enersi yang tinggi terjadi selama pertumbuhan vegetatif dari awal.
Pada gandum dan rumput memperlihatkan konsentrasi kalori berhubungan
dengan berubahnya perbandingan lemak, karbohidrat dan protein dalam tanaman.
Lemak dan minyak
merupakan organ yang diperkaya enersi. Pola akumulasi enersi di beberapa
varietas padi terjadi selama fase pertumbuhan vegetatif.
Pada permulaan menunjukkan 41 - 53% dari titik enersi diakumulasi di
helaian daun dan 16 - 23% di akar. Akumulasi enersi di batang secara bertahap
meningkat sesuai dengan meningkatnya berat tanaman. Tingkat kemasakan 85 - 90%,
total enersi diperlihatkan oleh biomas dalam bentuk biji dan daun, dan sisanya
10 - 15% berupa batang dan akar.
Konsumen
Karena produsen yang homogen maka
hanya beberapa binatang yang sesuai saja mengambil bagian dari ekosistem
tersebut. Rantai makanan sangat sederhana dengan 2 - 3 tingkatan trofik.
Lebih-lebih dengan beberapa aktivitas pengolahan tanah, irigasi, penyiangan dan
sebagainya yang mempengaruhi binatang dalam tanah dan kadang-kadang hal ini
pengaruhnya sangat tegas sehingga tercipta kondisi baru. Komunitas tanaman
hanya dapat dijadikan tempat tinggal binatang kecil yang hanya datang secara
temporer.
Pengurai
Karena praktek-praktek pemeliharaan
antara lain pemupukan, penggunaan pestisida serta kecilnya kandungan bahan
organik maka mempersempit aktivitas dekomposer/pengurai dalam ekosistem
pertanian.
Abiotik
Praktek bercocok tanam yang berbeda
dapat menyebabkan komposisi fisik dan kimiawi tanah yang berbeda. Pemupukan
kimia, irigasi dan pola drainase menyebabkan perbedaan kualitas tanah.
Ciri-ciri tanah
pertanian :
- mudah tererosi
- lapisan
kesuburan ±
30 cm
- akumulasi
garam di lapisan bawah (pelindian)
- miskin bahan
organik
Untuk mengevaluasi struktur abiotik
agroekosistem kita dapat mengestimasi jumlah nutrien (N, P, K, dan sebagainya)
yang ada dalam biomas dan tanah pada setiap waktu dengan demikian dapat untuk
mempertimbangkan pemupukan dan irigasi yang tepat.
Fungsi Dalam Agroekosistem
Produktivitas
primer
Dari tinjauan produktivitas organik
dengan masukan enersi, agroekosistem dunia saat ini menghasilkan ± 10
milyar ton bahan kering/tahun.
Cahaya matahari yang masuk ke kanopi tanaman digunakan dalam proses
fotosintesis yang menghasilkan kekuatan dalam produktivitas organik. Penelitian
dari beberapa disiplin menghasilkan suatu kesimpulan bahwa sekarang ada 3
mekanisme fotosintesis ialah siklus Kelvin, C4 - asam dekarboksilat
dan metabolisme asam grasulacean. Sejumlah tanaman penting (jagung, gula,
shorgum dan sebagainya) mempunyai jalur C4. Produktivitas bersih
tanaman C4 lebih tinggi dari tanaman siklus Kelvin. Tanaman selama
puncak musim pertumbuhan mengkonversi 6 - 8% total enersi sinar matahari ke
bahan organik dalam produksi kotor. Produksi bersih rata-rata ½ produksi kotor
itupun hanya 50% yang dapat untuk heterotrop (hewan dan manusia).
Efisiensi konversi enersi berbeda karena :
- beda varietas
- musim
pertumbuhan
- kondisi
pertumbuhan/pertanaman
Daftar 6.
Hubungan antara enersi solar dan produksi bersih/kotor (K cal/cm2/hr)
Tanaman
|
Radiasi Solar
|
Prod. Bersih
|
Prod. Kotor
|
Author’s
|
Gula (Hawai)
Jagung (Israel)
Gula bit (Ingg.)
Gandum (India)
Padi (India)
|
4.000
6.000
2.650
1.567
2.904
|
190
190
144
43
60
|
306
405
202
55
-
|
Montieth, ‘65
Montieth, ‘65
Montieth, ‘65
Dwivedi, ‘70
Singh, MK, ‘74
|
Sumber : K.C.
Misra (1980)
Daftar 7. Produksi primer bersih (g/m2/hr) dan efisiensi
konsentrasi enersi (%) tanaman pertanian
Tanaman
|
PPN lamanya tanam
|
Semusim
|
eke %
|
Author’s
|
Gandum (diairi dan dipupuk)
|
9,96-10,65
|
3,90-4,08
|
1,99-2,29
|
Misra dan Pan-dey, ‘72
|
Pearl millet (tak diairi dan
dipupuk)
|
21,12
|
6,94
|
-
|
Misra dan Pan-dey, ‘72
|
Jagung (diairi dan di-pupuk)
|
4,50-8,36
|
1,32-2,64
|
0,98-1,48
|
Misra dan Pan-dey, ‘72
|
Padi (diairi dan di-pupuk)
|
14,82-15,65
|
5,14-5,49
|
2,58-2,91
|
Nayar, ‘72
|
Padi (tak diairi dan tak
dipupuk)
|
7,74-13,69
|
2,69-3,90
|
1,50-3,90
|
Singh, ‘74
|
Sumber : K.C.
Misra (1980)
Di samping cahaya dan suhu, sebagai
pengendali produksi bersih dalam agro-ekosistem adalah kelembaban tanah,
nutrisi dan kompetisi baik intra/antar spesies. Untuk lebih mendalami variasi
produksi bahan kering kita perlu mengetahui beda varietas dan kondisi
lingkungan dengan analisis pertumbuhan (growth
analysis) yaitu dengan mendeterminasi :
1. Laju
asimilasi per unit luas daun (NAR)
2. Laju produksi
bahan kering per unit berat bagian tanaman (RGR)
3. Luas daun per
unit luas lahan (LAI)
(Leopold,
1975/1980)
Aliran
enersi
Tanah pertanian merupakan ekosistem
tersubsidi yang diperlukan untuk membuat kondisi optimum yang diinginkan dengan
tujuan efisiensi produsen pada tingkat batas maksimum. Subsidi itu tentu saja
sangat diperlukan, lebih-lebih dengan waktu singkat harus menghasilkan, seperti
pada kebanyakan tanaman semusim antara 60 - 90 hari saja subsistem produsen
mencapai kemasakan dan efisiensi fotosintesis menurun karena umur.
Setelah panen
kira-kira 85 - 905 enersi terakumulasi dalam bagian atas tanah yang kemudian
masuk ke grazing food chain yang
sederhana terutama meliputi manusia dan ternak.
Menurut Singh (1974) pada padi produksi bersih 5 - 60% berbentuk jerami dan
biji. Dalam agrosistem daerah sedang (temperate) lebih 50% enersi yang dipanen,
digunakan sebagai makanan ternak untuk produksi daging dan susu (protein).
Di daerah
tropika sebagian besar populasi manusia hidup dengan tingkat enersi rendah
sedang di daerah temperate, tinggi. Enersi yang masuk ke detritus food chain ± 10 - 15% dari produksi bersih.
Jerami dan daun jatuh ke tanah dan akar-akar merupakan sumber masukan
enersi kimia ke dalam subsistem tanah. Jumlah ini umumnya tidak mencukupi untuk
memelihara kesuburan tanah pada taraf optimum. Enersi yang masuk ke dalam “detritus food chain” belum banyak
diketahui sampai saat ini.
Daur
nutrisi/bahan
Dalam ekosistem terestrial
sumber/mineral dari tanah, secara alami status nutrisi dipelihara oleh adanya
proses daun Biogeokimia.
Di dalam
agroekosistem sebagian besar nutrisi terikut sebagai hasil panen dan tidak
kembali lagi secara alami sehingga diperlukan pemupukan. Karena itu daur yang
biasa terjadi terputus/asiklik.
Faktor-faktor
Semua yang berpengaruh terhadap
struktur dan fungsi ekosistem berpengaruh pula di sini. Kecuali itu ada faktor
lain yang berpengaruh antara lain :
1. Kompetisi
(intra/antar spesifik)
2.
Pengelolaannya antara lain :
- pembajakan
- pergiliran tanaman
- rotasi pengelolaan
- pembakaran
- pemupukan
- irigasi
- penendalian hama/penyakit
- varietas baru
Dari sekian banyak pengelolaan itu sebagian besar telah dibicarakan pada
disiplin ilmu lain seperti ilmu bercocok tanam, pengendalian pengganggu dan
lain-lain. Untuk tidak mengalami duplikasi maka di sini hanya akan dibicarakan
mengenai pengendalian hama/penyakit dipandang dari segi ekologi.
Pengendalian
pengganggu
Apa yang dibicarakan di sini lebih
bersifat konsep, sedangkan teori-teori yang lebih mendalam juga praktek-praktek
pengendaliannya sudah dibicarakan didisiplin ilmu hama, ilmu penyakit dan ilmu
gulma.
Di dunia
binatang dan tumbuhan dikenal adanya strategi hidup, yaitu strategi r (pada
suatu ekstrem) dan strategi K (pada ekstrem yang lain).
r - diambil dari
rumus pertumbuhan populasi
K - diambil dari
asimtot atas kurve sigmoid
Ciri-ciri masing-masing adalah sebagai berikut :
- Strategi r :
Jenis-jenis kehidupan yang hidupnya opportunis,
jadi bersifat :
- Menempati habitatnya hanya secara
tradisional
- Mobilitasnya tinggi
- Ukuran tubuhnya kecil, sehingga
perlu enersi yang besar. Karena hal-hal di atas,
maka tidak mempunyai mekanisme pertahanan dan kompetisi. Dengan demikian
dapatlah dinyatakan hide dan seek.
- Memanfaatkan habitat secara cepat
- Adanya reproduksinya besar.
Sebagai contoh : lalat, nyamuk.
- Strategi K : yaitu jenis-jenis kehidupan yang menjaga habitat
sedemikian rupa agar
tidak rusak,oleh karena itu populasinya selalu di bawah daya dukung
habitatnya.
Dengan demikian
:
- Menyesuaikan diri dengan habitat
- Mempunyai mekanisme adaptasi,
kompetisi dan pertahanan
sehubungan
dengan strategi hidup kehidupan di atas maka makhluk pengganggu tidak terlepas
dari sifat itu. Seorang pemilik perkebunan kopi dan coklat di Afrika yaitu CONWAY (1977) berdasarkan pengalamannya
menemukan bahwa setiap cara pengendalian hanya cocok untuk pengganggu dengan
strategi hidup tertentu saja.Sumber: http://fp.uns.ac.id/~hamasains/ekotan%208.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar