Kisah ini sebenarnya disampaikan di khotbah gerejaku minggu lalu. Kisahnya bagus, jadi coba saja kuposting.

Pada sebuah senja 20 tahun yang
lalu, terdapat seorang pemuda yang kelihatannya seperti seorang
mahasiswa berjalan mondar mandir di depan sebuah rumah makan cepat saji
di kota metropolitan, menunggu sampai tamu di restoran sudah agak sepi.
Dengan segan dan malu-malu dia masuk
kedalam restoran tersebut. “Tolong sajikan saya semangkuk nasi putih.”
Dengan kepala menunduk pemuda ini berkata kepada pemilik rumah makan.
Sepasang suami istri muda pemilik rumah
makan, memperhatikan pemuda ini hanya meminta semangkuk nasi putih dan
tidak memesan lauk apapun, lalu segera menghidangkan semangkuk penuh
nasi putih untuknya.
Ketika pemuda ini menerima nasi putih
lantas dibayarnya sambil berkata dengan pelan : “dapatkah menyiram
sedikit kuah sayur di atas nasi saya.” Istri pemilik rumah berkata
sambil tersenyum : “Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu bayar
!” Sebelum habis makan, pemuda ini berpikir : “kuah sayur gratis.” Lalu
bergegas dia memesan semangkuk lagi nasi putih.
“Semangkuk tidak cukup anak muda, kali
ini saya akan berikan lebih banyak lagi nasinya.” Dengan tersenyum ramah
pemilik rumah makan berkata kepada pemuda ini.
“Bukan, saya akan membawa pulang, besok
akan saya bawa ke sekolah sebagai makan siang saya !” Mendengar
perkataan pemuda ini, pemilik rumah makan berpikir pemuda ini tentu dari
keluarga miskin di luar kota, demi menuntut ilmu datang ke kota,
mencari uang sendiri untuk sekolah, kesulitan dalam keuangan itu sudah
pasti.
Berpikir sampai disitu pemilik rumah
makan lalu menaruh sepotong daging dan sebutir telur disembunyikan di
bawah nasi, kemudian membungkus nasi tersebut sepintas terlihat hanya
sebungkus nasi putih saja dan memberikan kepada pemuda ini.
Demo melihat perbuatannya, istrinya
mengetahui suaminya sedang membantu pemuda ini, hanya dia tidak
mengerti, kenapa daging dan telur disembunyikan di bawah nasi? Suaminya
kemudian membisik kepadanya : “Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk
dinasinya dia tentu akan merasa bahwa kita bersedekah kepadanya, harga
dirinya pasti akan tersinggung lain kali dia tidak akan datang lagi,
jika dia ketempat lain hanya membeli semangkuk nasi putih, mana ada gizi
untuk bersekolah.”
“Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang masih menjaga harga dirinya pula.”
“Jika saya tidak baik, apakah engkau akan menjadi istriku ?”
Sepasang suami istri muda ini merasa
gembira dapat membantu orang lain. “Terima kasih, saya sudah selesai
makan.” Pemuda ini pamit kepada mereka. Ketika dia mengambil bungkusan
nasinya, dia membalikan badan melihat dengan pandangan mata berterima
kasih kepada mereka.
“Besok singgah lagi, engkau harus tetap bersemangat !”
katanya sambil melambaikan tangan, dalam perkataannya bermaksud
mengundang pemuda ini besok jangan segan-segan datang lagi. Sepasang
mata pemuda ini berkaca-kaca terharu, mulai saat itu setiap sore pemuda
ini singgah kerumah makan mereka, sama seperti biasa setiap hari hanya
memakan semangkuk nasi putih dan membawa pulang sebungkus untuk bekal
keesokan hari.
Sudah pasti nasi yang dibawa pulang
setiap hari terdapat lauk berbeda yang tersembunyi setiap hari, sampai
pemuda ini menyelesaikan pendidikannya, selama 20 tahun pemuda ini tidak
pernah muncul lagi.
Pada suatu hari, ketika suami ini sudah
berumur 50 tahun lebih, pemerintah melayangkan sebuah surat bahwa rumah
makan mereka harus digusur, tiba-tiba kehilangan mata pencaharian dan
mengingat anak mereka yang disekolahkan diluar negeri yang perlu biaya
setiap bulan membuat suami istri ini berpelukan menangis dengan panik.
Pada saat itulah masuk seorang pemuda
yang mengaku wakil direktur dari sebuah perusahaan, sambil berkata,
“saya diperintah oleh direktur kami mengundang kalian membuka kantin di
perusahaan kami, perusahaan kami telah menyediakan semuanya kalian hanya
perlu membawa koki dan keahlian kalian kesana, keuntungannya akan
dibagi 2 dengan perusahaan.”
“Siapakah direktur kamu nak, mengapa
begitu baik terhadap kami? bolehkah saya mengenalnya ” sepasang suami
istri ini berkata dengan terheran.
“Kalian adalah dewa penolong dan kawan
baik direktur kami, direktur kami sering sekali bercerita jika beliau
paling suka makan telur dan dendeng buatan kalian, hanya itu yang saya
tahu, yang lain setelah kalian bertemu dengannya dapat bertanya
kepadanya.”
Sambil membawa rasa penasaran yang
teramat sangat, berangkatlah suami istri baik hati tersebut ke
perusahaan yang dimaksud. Setelah sekian lama menunggu dilobby kantor.
Akhirnya datanglah seorang paruh baya dengan pakaian rapi, wangi dan
parlente. Kewibawaan terlihat dari raut mukanya.
Pemuda ini membungkuk seraya memberi
hormat kepada kedua suami istri tersebut, yang semakin menambah
keheranannya. Bukankah seharusnya mereka yang memberi hormat pada pemuda
itu sebagai rasa terimakasih yang telah mengundang mereka untuk
berjualan dikantin perusahaan?
Ditengah keheranan itu berkatalah sang
pemuda ” Ingatkah kalian masa 20 tahun lalu pernah ada seorang pemuda
yang sering mondar mandir didepan restoran kalian, menunggu sampai
restoran sepi dan hanya memesan makanan semangkuk nasi putih yang selalu
kalian selipkan telor dan sepotong daging dalam pesanannya? Ini adalah
balasan buat kalian. Sayalah pemuda itu.
Ya, Dia merasa kesuksesan pada saat ini
adalah berkat bantuan sepasang suami istri ini, jika mereka tidak
membantunya dia tidak mungkin akan dapat menyelesaikan kuliahnya dan
menjadi sesukses sekarang.
Setelah berbincang-bincang, suami istri
ini pamit hendak meninggalkan kantornya. Pemuda ini berdiri dari kursi
direkturnya dan dengan membungkuk dalam-dalam berkata kepada mereka : “Kalian harus tetap bersemangat ! di kemudian hari perusahaan tergantung kepada kalian, sampai bertemu besok !”
Intinya, berbuat baik kepada orang lain itu (apalagi kalau dengan hati tulus dan ikhlas) nggak ada ruginya. Karena Tuhan pasti membalas perbuatan baik yang kita lakukan dengan cara yang tidak pernah kita sangka.
God bless you all